Selasa, 23 Maret 2010

MEMAHAMI PERISTIWA TRANSFIGURASI DI ERA SEKARANG



Pristiwa TRANSFIGURASI yang dipaparkan ketiga Injil (Mat. 16:13-20; Mark. 8:27-30 dan Luk. 9:28-36), menunjukkan  karya ke-Ilahian Yesus. Tampaklah perubahan wajah Yesus dan pakaian-Nya berkilau-kilau. Disitu Yesus sedang bercakap-cakap dengan Musa dan Elia.

Pertanyaannya, pernahkah kita mempertanyakan pada diri kita, mengapa dalam peristiwa  transfigurasi tersebut yang ditampilkan dua tokoh Perjanjian Lama yaitu Musa dan Elia. Ada apa dengan Musa dan Elia, apa hubunga kedua tokoh Perjanjian lama itu dengan Yesus. Dan apa yang menjadi topik pembicaraan dari ketiga tokoh tersebut. Apa reaksi murid terhadap peristiwa tersebut ? Itulah beberapa pertanyaan yang boleh kita renungkan.

Sekilas tentang Musa dan Elia

Tokoh Musa, tokoh ini sangatlah kia kenal, dilahirkan dalam pembunuhan dan pengejaran anak di Mesir, sejak semula hidupnya sudah terancam mati. Misi perutusan kenabiannya adalah sebagai pembebas bangsa terpilih menuju tanah terjanji. Pergulatan pembebasan taksesederhana itu, tetapi penuh perjuangan, bagaimana mereka harus berjuang dihadapan Firaun untuk pembebasan bangsanya, Bagaimana Musa dan bangsanya harus sport jantung ditengan laut yang terbelah dengan dikejar tentara Mesir. Musa harus menangung cerca –cela dari bangsa yang dibebaskan karena kelaparan dan kehausan. Bagaimana Musa juga telah meninggikan ular perunggu sebagai tulak bala dari gigitan ular beludak yang saat itu sedang mengganas dan banyak mematikan bangsa pilihan itu.

Musa adalah tokoh paskah Perjanjian lama, pembebas bangsa pilihan menuju tanah terjanji. Jalan yang harus ditempuh juga tidak mudah banyak peghalang, bahkan Musa sendiri tidak menikmati tanah yang dijanjikan Tuhan itu meskipun sudah di depan matanya.

Tokoh Elia, Elia adalah seorang nabi yang boleh dikatakan misterius, karena kemunculan dan menghilang denga tiba-tiba  dan sukar untuk didekati. Meski demikian Elia adalah tokoh nabi yang sangat mengesankan.
Elia akan dikenang sebagai nabi yang telah menghadapkan Israel yang berlaku timpang dengan suatu pilihan tegas jelas dan tak bersyarat : mengabdi Tuhan atau mengabdi Baal. Tidak ada jalan tengah. Tuhan dalam pandangan Elia adalah Tuhan yang pencemburu yang tidak
mau membiarkan allah-allah lain di samping-Nya. Ke-Allahan seperti itu yang memberi inspirasi kepada Elia. Sehinga Elia sebagai nabi yang de ngan penuh kecemburuan berkarya bagi Tuhan dan hanya untuk Tuhan.
        Di samping keberanian dan kecemburuannya bagi Tuhan, Elia akan dikenang pula sebagai nabi yang dengan tulus hati menyatakan kepahitannya menjadi seorang utusan Tuhan. Karyanya berakhir dengan kegagalan dan Elia pun dapat dikatakan gagal dengan dirinya sendiri. Elia memang kuat, tetapi juga manusia  yang lemah. Hal ini harus menjadi peringatan bagi setiap utusan Tuhan. Dalam kelemahan Elia dapat menjadi kekuatan kita dalam kelemahan kita

Dalam perjanjian Baru Elia termasuk tokoh Perjanjian Lama yang paling banyak disebut sesudah Musa, Abraham dan Daud. Pada Perikup ini Elia tampil bersama Musa ( Luk.9:28-36).Perutusannya kepada janda di Sarfat dikenang Yesus ketika ditolak oleh orang-orang sedesa-Nya (Luk. 4:25-26).

Elia telah pergi secara penuh rahasia, namun dia masih hidup dalam Gereja sampai sekarang. Dia hidup dalam sejumlah orang  Kristen yang mau mengikut Kristus dan bersama-sama dengan saudaranya yang lain membangun Gereja dengan suatu kecemburuan ilahi.

Musa, Elia dan Yesus tokoh Mesianis

Musa dalam segala perjuangan dan kegigihannya berhasil membawa bangsanya menuju tanah terjanji. Elia dengan tegas dan jelas  menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang pencemburu, sedangkan Yesus penggenap dari segala janji-janji Allah. Segala yang terjadi pada kedua nabi berlaku pada diri Yesus.

Misi perutusan Musa adalah pembebasan bangsa dari kungkungan bangsa Mesir, sedangkan misi Yesus membaskan ciptaan dari  kungku ngan dosa abadi. Elia dengan gigih menunjukkan Allah yang pencemburu, demikian juga Yesus, menunjukkan Allah yang pencemburu sekaligus mau mengorbankan diri demi yang dicintainya.

Bila hendak diambil benang merahnya sagatlah jelas, bahwa janji Allah tidak pernah diingkari, dan Allah telah memberikan penggenapan janji itu melalui diri Putra-Nya, Yesus Kristus. Dalam diri Yesus segala kehendak baik Allah terwujud.

Tidak berlebihan kiranya bila Gereja sampai saat ini tetap memberi tempat dalam pewartaanya dengan mengikut-sertakan nama Musa dan Elia, sebagai inspirasi karya penyelamatan yang diemban Kristus. Bahkan sebelum penderitaan Kristus, Kedua nabi agung tersebut telah mempercakapkan bagaimana seorang mesias akan mati sebagai silih atas kodosaan dunia.
Tanggapan para rasul demi melihat kemuliaan Tuhan

        Kalau saat itu petrus dengan serta merta mengungkapkan maksudnya untuk mendirikan tiga kemah buat Musa, Elia da Yesus, itu merupakan ungkapan atas kekaguman dan ketakberdayaan manusia biasa demi melihat kemuliaan Tuhan, Semuanya serba mengagumkan, bahkan Petrus tak bisa berfikir dan berkata apa-apa (blangkemen=Jawa) selain menawarkan jasa baikya untuk mendirikan tempat tinggal.

Pada perikup tersebut ditunjukkan Yesus berubah wajah dan dengan pakaian yang berkilau-kilau, kemungkinan yang terjadi secara se-          sunguhnya bisa melampaui dari kata-kata yan diungkapkan. Kata-kata dan pandangan manusia tentu ada batasnya, tetapi tidak dengan kemuliaan Ilahi.

Bandingkan ketika Abraham melihat semak terbakar, tetapi tidak membakar semak tersebut. Abraham harus menunduk, karena Abraham tidak layak dan tidak mampu melihat kenyataan Allah dalam rupa yang sebenarnya. Begitu dahsyat kemuliaan Allah.

Sedemikian dahsyatnya kemuliaan itu sehingga Petrus sebagai perwakilan para rasul meganggap penting bahwa kemulian itu boleh tingal dikemah kehidupanya. Jadi bukan lagi kemah yang dapat hilang karena panas dan hujan tetapi kemah keabadian di dalam diri mereka dan seterusnya dalam gerejanya.

Pesona Transfigurasi di Zaman Sekarang

Pada zaman sekarang apakah masih mungkin peristiwa Transfigurasi terulang kembali ?

Pertanyaan di atas sebenarnya masih terus terjadi pada zaman ini. Pemahaman ini hanya bisa dimengerti dan dirasakan bila manusia mulai bisa merasa dan menghayati kata Syukur. Kata Syukur menjadi kata kunci bagi transfigurasi di zaman ini.

V Pernahkah kita bangun pagi-pagi, keluar rumah, memandang sekitar kita masih agak temaram, ayam jantan masih satu—dua terdengan berkokok, burung kecil mulai nyaring memamerkan merdu suaranya, mentari pagi masih dengan tersipu malu memulas langit dengan warna keemasan. Pernahkah kita mengagumi apa yang kita rasakan di pagi hari ? Atau itu hanya kejadian yang biasa-biasa saja, dan memang itu yang semestinya terjadi.
Pernahkah kita kapan saja menyadari bahwa kita tetap bernafas, dan secara otomatis, tanpa perintah otak, paru-pari menghisap dan mengeluarkan udara, jantung kita tetap berdetak. Tanpa kita sadari
V mata kita secara periodik mengedip.
V Pernahkah kita menyadari setiap pagi matahari muncul dan sore hari terbenam, dengan segala macam cuacanya, cerah, mendung, hujan dan bahkan badai.

Kalu boleh jujur sebenarnya tidak banyak orang yang mampu dan sampai pada penelaahan itu, semuanya hanya kejadian alam biasa. Banyak dari kita tidak sampai menggugah rasa syukur kita atas kuasa, kemegahan dan kemahaan dari Allah di mata kita.
Maka sejujurnya bila kita bisa sampai pada rasa-pangroso (rasa dan perasaan) seperti itu dan bisa sampai pada ucapan syukur, maka kemliaan Allah seperti peristiwa trasfigurasi masih bisa kia alami hingga kini. Transfigurasi merupakan pengalaman batin yang memuliakan Allah dengan segala manivestasi-Nya. Pengalaman ini tidak memandang besar kecilnya peristiwa yang terjadi. Pengalama ini semata-mata memandang segala kejadian adalah Allah yang berkarya, Allah yang hadir dan kaca mata yang memandang segalanya adalah kemuliaan Allah.

Melihat pengalaman seperti itu, maka pentinglah kita bermeditasi alam, kita bisa bercengkerama dengan alam. Kita diajak kembali dekat dengan alam. Kita bisa merasakan bahwa kita adalah bagian kecil dari alam yang diberi wewenang untuk mengatur alam agar lebih meng-alam.
Dengan memandang trasfigurasi sebagai kemuliaan Allah, apakah itu tampak begitu besar membuat orang berdecak kagum, atau hanya biasa-biasa saja, maka manusia akan sampai pada ucapan syukur yang tulus. Sama seperti Petrus yang memberikan diri membangun kemah bagi tiga persona itu, mucul karena kekagumannya. Demikian juga kita membangun dunia kita ini dengan mengalamkan alam, sehingga alam juga tidak menolak kita dengan segala kejadian alam yang menggentarkan. Kembalilah bersahabat dengan alam agar mata kita melihat transfigurasi meskipun kecil dan dirasakank biasa-bisa saja.




KASUS DI BAIT ALLAH


Rekan-rekan yang baik!

Kebanyakan para ahli tafsir beranggapan bahwa kisah perempuan yang berzinah
dalam Yoh 8:1-11 yang dibacakan pada hari Minggu Prapaskah V/C pada awalnya
tidak termasuk Injil Yohanes meskipun mereka setuju asalnya dari tradisi
mengenai kehidupan Yesus juga. Kisah ini tidak termuat di dalam
naskah-naskah tertua Injil Yohanes dalam bahasa Yunani. Juga dari segi gaya
bahasa ada perbedaan. Misalnya, Yohanes biasa menyebut "orang banyak" dengan
kata Yunani "okhlos", bukan "laos" seperti di sini. Kata untuk "pagi-pagi"
biasanya "prooi", tapi di sini dipakai "orthrou". Nama "Bukit Zaitun" tidak
dijumpai dalam Injil Yohanes kecuali di sini. Juga ahli Taurat tidak disebut
musuh Yesus selain di sini.

Baru pada abad ke-4 kisah perempuan berzinah itu mulai didapati di dalam
naskah-naskah Kitab Suci Yunani. Tetapi kisah itu agaknya sudah dikenal
sebelumnya di kalangan Gereja Latin di Barat dan termasuk bahan bacaan
selama liturgi. Oleh karenanya tidak mengherankan bila menjadi bagian Injil.
Biasanya tempatnya di antara Yoh 7:52 dan 8:12, boleh jadi untuk menyiapkan
pembaca agar mengerti kata-kata Yesus nanti dalam Yoh 8:15 "Kamu menghakimi
menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun." Tapi ada pula
beberapa naskah yang menaruhnya sebagai tambahan di bagian belakang Injil
Yohanes. Karena teks ini telah lama diterima sebagai bagian dari Injil
Yohanes dalam liturgi, wajarlah bila kita mendalaminya seperti bagian Injil
juga.

BUKIT ZAITUN, BAIT ALLAH, DAN PENYALIBAN

Peristiwa yang sedang dibicarakan ini terjadi di dalam minggu terakhir
kehidupan Yesus. Selama waktu itu dari pagi hingga sore ia berada di
Yerusalem tetapi malam hari dilewatkannya di Bukit Zaitun, di sebelah timur
kota, bersama murid-muridnya. Seperti disebutkan dalam Mrk 11:11, setelah
meninjau Bait Allah, Yesus bersama dua belas muridnya ke Betania pada sore
hari, yaitu sebuah perkampungan di sisi timur Bukit Zaitun. (Bukan Betania
di seberang sungai Yordan yang disebut dalam Yoh 1:28.)

Latar di atas membuat peristiwa yang dibacakan hari ini berhubungan erat
dengan penyaliban dan kebangkitan Yesus. Dia yang tidak menjatuhkan hukuman
kepada pendosa yang dihadapkan kepadanya itu sama dengan dia yang nanti
wafat di kayu salib menanggung dosa-dosa orang lain dan kemudian bangkit -
tidak lagi tertindih dosa dan hukuman. Yang bersedia menerima warta ini
bakal ikut mendapat kekuatan untuk tidak membiarkan diri terus ditindih dosa
dan hukuman, dengan kata lain, untuk sungguh bertobat.

Peristiwa yang dibacakan hari ini terjadi di dalam Bait Allah, pusat
kekayaan spiritual. Ke sanalah orang-orang berkiblat, di situlah orang
bertanya, di tempat inilah diberikan jawaban dari Tuhan. Dan jawaban ini
berujud manusia yang dapat dikenali, dapat diajak berdialog, dapat
dibayang-bayangkan. Tetapi juga bisa dijauhi, dimusuhi, dan dibunuh.
Kehadiran Tuhan seperti ini membuat orang perlu berpikir lebih dalam.

MENULIS DI TANAH?

Dalam ayat 6 dipakai kata Yunani "kategraphen" yang artinya "ia mencatat",
bukan sekedar menulis, yang memang muncul dalam ayat 8 sebagai "egraphen".
Dalam kedua ayat itu ada keterangan "di tanah", artinya, bisa dilihat siapa
saja, tidak ditutup-tutupi. Pertanyaan kita, apakah Yesus betul-betul
mencatat dan menulis sesuatu? Dan apa itu? Tidak dilaporkan apa yang ditulis
Yesus di tanah. Ada yang menafsirkan bahwa dalam ayat 6 dan 8 ia menuliskan
kata-kata yang nanti diucapkannya dalam ayat 7, yaitu "Siapa saja di antara
kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu." Ada pelbagai upaya tafsir. Ada yang merujuk pada tatacara
Romawi yang mewajibkan ketua pengadilan menulis terlebih dahulu keputusan
yang bakal diucapkannya. Bila begitu maka kata-kata dalam ayat 7 itulah
keputusan yang dimintakan para ahli Taurat dan orang Farisi. Walaupun tidak
lebih dari sekadar dugaan belaka, penjelasan ini menarik.

Kedua katakerja Yunani dalam ayat 6 tadi ada dalam bentuk yang biasanya
dipakai membicarakan kejadian yang sedang berlangsung di masa lampau.
(Istilah tatabahasa Yunani ialah bentuk imperfekt). Tapi bentuk ini juga tak
jarang menandakan tindakan yang tidak utuh terjadi, bahkan sering digunakan
untuk membicarakan perbuatan yang hanya diniatkan belaka. Dalam pemakaian
seperti itu maka ayat 6 sebetulnya mengatakan "(Yesus membungkuk,) siap
mencatat di tanah" dan ayat 8 "(Lalu ia membungkuk lagi) mau menulis". Jadi
ia belum mencatat atau menulis apapun. Dalam tatabahasa Yunani bentuk ini
dinamai "imperfekt konatif" ("imperfekt coba-coba"). Contoh lain, Luk 5:6,
ketika tangkapan ikan banyak, "jala mereka hampir koyak (dierreesseto)".
Jala tidak koyak betul-betul sehingga ikan-ikannya tidak lepas kembali!
Menurut Yoh 21:11 jala memang tidak koyak. Mrk 15:23, sebelum menyalibkan
Yesus, disebutkan "mereka bermaksud memberinya (edidoun) anggur yang
dicampur mur, tetapi Yesus menolaknya." Anggur tidak benar-benar diberikan,
karena jelas dikatakan di situ Yesus menolaknya. Ada banyak lagi contoh
imperfekt konatif seperti itu.

Secara ringkas, tidak bisa dikatakan bahwa Yesus benar-benar mencatat atau
menulis sesuatu. Juga tidak bisa dikatakan Yesus tidak menggubris para ahli
Taurat dan orang Farisi yang datang kepadanya. Sebaliknya, pencerita malahan
menyarankan bahwa Yesus siap mencatat dan menulis bila memang ada yang patut
dituliskan saat itu. Penjelasan ini ada hubungannya dengan perubahan postur
tubuh Yesus. Dari duduk mengajar, Yesus membungkuk mencatat dan menulis. Apa
artinya? Dengan perubahan postur tubuh itu ia hendak menunjukkan bahwa ia
mau mencatat dan menuliskan kebijaksanaan para ahli Kitab dan orang Farisi
bila mereka memang memiliki sesuatu yang dapat diajarkan. Tapi para ahli
Taurat dan orang Farisi itu tidak berani menerima peralihan peran itu.
Bahkan mereka "terus menerus bertanya kepadanya" (ayat 7).

Pada saat itulah Yesus bangkit berdiri lalu berkata, "Siapa saja di antara
kamu tidak berdosa hendaklah ia yang pertama yang melemparkan batu kepada
perempuan ini" (ayat 7). Segera sesudah berkata demikian ia membungkuk lagi
dan siap menulis di tanah, supaya bisa dilihat semua yang hadir. Sekali lagi
ia meminta mereka mengajarkan apa yang bisa ia tuliskan, ia siap untuk itu.
Apa yang terjadi? Satu per satu mereka pergi meninggalkan tempat itu, mulai
dari yang paling senior. Yesus tidak menyaingi para ahli Taurat dan orang
Farisi atau mengecilkan peran mereka. Ia justru minta mereka menunjukkan apa
mereka dapat mengajarkan sesuatu yang patut dicatat dan ditulis bagi orang
banyak. Ternyata tak ada seorang pun yang tampil. Mengapa? Di hadapan orang
yang tulus hati ini, suara hati ahli Taurat dan orang Farisi itu sendiri
tidak mengizinkan mereka mengajarkan hukuman atau tindakan keras yang
mempersyaratkan kebersihan diri sendiri dulu.

MENGAJAK KEDUA BELAH PIHAK BERGANTI HALUAN

Dalam cerita ini dua kali Yesus berbicara mengenai "dosa". Yang pertama
kepada para ahli Taurat dan orang Farisi (ayat 7), yang kedua kalinya kepada
perempuan yang dihadapkan kepadanya (ayat 11). Dua kali pula Yesus "bangkit
berdiri" dan mulai menyapa masing-masing pihak (ayat 7 dan 10). Begitulah
cara pencerita menunjukkan Yesus memberi perlakuan yang sama baik kepada
perempuan tadi maupun kepada para ahli Taurat dan orang Farisi. Ironis, kaum
terpandang itu sebetulnya tidak lebih baik dari pada orang yang mereka
anggap pendosa yang patut dihukum mati. Pernyataan Yesus bahwa siapa yang
tak berdosa hendaknya melempar batu pertama mengikis habis perbedaan yang
boleh jadi disembunyi-sembunyikan. Di hadapan utusan Tuhan yang sedang
menampilkan kewibawaannya mengajar di Bait Allah ini semua orang sama, sama
berdosanya. Pengadilan dengan pikiran manusia saja tidak mencukupi. Semua
orang membutuhkan kerahiman Tuhan.

Yesus meminta kepada para penuduh agar melihat apakah mereka sendiri tanpa
dosa. Mereka perlu memeriksa diri, menengok ke belakang. Kepada perempuan
itu Yesus mengatakan "mulai sekarang" jangan lagi berdosa. Ada pandangan ke
masa depan. Pembaca yang menyelami kisah ini akan melihat bahwa baik para
ahli Taurat dan orang Farisi maupun perempuan itu sama-sama diajak
melepaskan jalan hidup mereka yang lama, yang menindih diri mereka sendiri,
agar dapat menempuh arah baru.

Pengalaman perempuan itu membawanya ke jalan baru yang dijanjikan Tuhan
dalam nubuat yang diucapkan di dalam bacaan pertama Yes 43:16-21. Setelah
membebaskan umatNya dari pembuangan di Babel, Tuhan memperkenalkan diri
sebagai Dia yang pernah menuntun keluar umatNya (keluar dari Mesir) lewat
laut dan menghancurkan pengejar-pengejar mereka (ayat 16-17). Ditegaskan
agar mereka kini tak usah lagi mengungkit-ungkit perkara lama (ayat 18)
tetapi hendaknya melihat hal baru yang dibuat Tuhan, yakni jalan di padang
gurun (ayat 19) di situ ia membuat air memancar di padang gurun untuk
memberi minum umat pilihanNya (ayat 20). Mereka akan memberitakan
kemasyhuranNya bersama-sama dengan ciptaan lain yang ikut menerima
kebaikannya (ayat 21). Dalam bacaan kedua (Fil 3:8-14) Paulus bersaksi,
setelah menemukan Kristus Kebenaran Sejati itu, ia menganggap semua hal lain
tidak banyak artinya lagi. Ia merasa telah ditangkap oleh kebenaran itu. Ia
juga telah melupakan yang ada di belakang dan sekarang mau berlomba-lomba
mendekat ke hadirat Yang Ilahi. Perempuan tadi pergi dan berganti cara
hidup, para penuduhnya juga satu demi satu meninggalkan pandangan mereka
sendiri, Paulus juga melepaskan dirinya yang lama. Mereka semua ini telah
bertemu dengan Dia yang menerangi relung-relung gelap dan meluruskan hati.
Inilah peristiwa menggembirakan yang boleh diharapkan dalam menyongsong
Minggu Suci sepekan lagi.

_____

Tambahan mengenai Yoh 8:1-11:

TANYA: Bagaimana sih kok pendosa zinah dilepas begitu saja dan habis
perkara? Apa tidak aneh?

JAWAB: Memang akan kurang masuk akal bila petikan itu dibaca sebagai
peristiwa pengadilan. Tetapi peristiwa yang dikisahkan bukan pengadilan
.(Tidak seperti pengadilan Yesus di hadapan Mahkamah Agama nanti yang memang
pengadilan). Penghakiman tidak dijalankan di Bait Allah. Yang dilakukan di
situ ialah ibadat, perlindungan, dan pengajaran dalam ujud dialog atau
simposium atau seminar para ahli agama. Nah dalam suatu seminar seperti itu
tampillah guru-guru ternama seperti Yesus, ahli Taurat & orang Farisi, dan
perempuan pezinah yang mereka datangkan sebagai narasumber otentik bagi
studi kasus mereka. Dalam kesempatan ini ada juga banyak pengikut dan murid
yang dalam Yoh 8:2 disebut "orang banyak/rakyat". Mereka belajar dari
kepintaran guru-guru tadi. Karena situasi ini bukan situasi pengadilan dan
bukan tindak lanjut penggerebekan tempat zina, tidak ada risiko bahwa
perempuan itu akan betul-betul dilempari batu menurut hukum rajam seperti
termaktub dalam Ul 22:21-24. Namun demikian, seminar itu bukan sekadar
anggar kata mengenai perzinahan dengan tiga profesor kondang yang bila
selesai ya bubar, lalu orang ambil piagam untuk dapatkan kredit guna
kenaikan pangkat. Peristiwa itu langsung berdampak pada sikap hidup
masing-masing peserta. Yesus berhasil menghadapkan ahli Taurat dan orang
Farisi ke suara batin mereka sendiri seperti dijelaskan dalam ulasan di
atas. Dan ini terjadi di Bait Allah, bukan di ruang pengadilan. Hal ini
penting disadari penafsir. Dalam pengadilan yang sungguh, juga di kalangan
orang Yahudi dulu, perasaan hakim, penuduh, pembela tidak bisa berperan
langsung. Para anggota Sanhedrin yang mendakwa Yesus menghujat memang tidak
bisa lain kecuali mendakwa menurut hukum mereka. Jadi peristiwa kali ini
bukan kisah pengadilan pezinah melainkan kisah penjernihan suara hati
manusia dalam rangka menyiapkan diri memahami peristiwa paskah Yesus nanti.
Maka hal yang disebut dalam ayat 2 bahwa peristiwa ini terjadi di Bait Allah
dan dalam rangka pengajaran amat penting bagi penafsiran warta petikan ini.

TANYA: Apa "melempari dengan batu" (Yoh 8:5 dan 7) itu sama dengan praktek
"hukum rajam"?

JAWAB: Ancaman dirajam sampai mati termaktub dalam Taurat, juga dalam kasus
perzinahan, lihat Ul 22:21-24, bandingkan Yehezkiel 16:40 23:47. Beberapa
tindak pidana lain juga dikenai sanksi rajam sampai mati: menyembah berhala:
Ul 13:10 17:5; menghujat Tuhan Im 24:14 bdk. Yoh 10:33; mengorbankan anak:
Im 20:2; praktek jalangkungan & nini thowokan Im 20:27; melanggar hari
Sabat: Bil 15:32-36 dan beberapa kasus lain. Namun apakah ancaman hukuman
mati dengan rajam bisa divoniskan begitu saja dan sungguh dieksekusikan
adalah perkara lain. Pertama-tama boleh dicatat bahwa bagi orang Yahudi dari
zaman ke zaman hukum kasuistik ("bagi perkara X, hukumnya Y") dalam Taurat
lebih berfungsi sebagai sumber "berteologi" dan tidak diberlakukan begitu
saja sebagai pasal-pasal hukum KUHP. Mereka memiliki semacam KUHP yang rinci
yang dijabarkan dari Taurat, dan kemudian dikenal antara lain dengan nama
Misyna. Hukum-hukum yang ada di dalamnya perlu dipelajari dengan komentar
para yurist mereka. Di situ ada aturan-aturan rumit cara mempidana orang.
Ada peraturan yang tidak memudahkan orang bisa dikenai hukuman begitu saja.
(Misalnya hanya bila tertangkap basah, mesti ada lebih dari satu saksi,
dst.) Juga ada beberapa aturan pelaksanaan atau eksekusi dengan tenggang
waktu cukup lama agar memungkinkan pengampunan pada hari raya tertentu.

Dalam pelbagai masyarakat di pelbagai kebudayaan, ancaman atau sanksi
hukuman yang amat keras sering tidak dijalankan harfiah. Ini memiliki dampak
pada teologi. Nabi-nabi Perjanjian Lama dulu berbicara mengenai ketaksetiaan
Israel yang ipso facto mestinya mendatangkan kehancuran umat (=putusan
hukuman mati), tetapi belas kasihan Tuhan menyelamatkan umat dari kehancuran
total. Di Firdaus difirmankan, bila makan buah pengetahuan baik dan buruk
akan mati seketika. Tetapi Hawa dan suaminya tidak mati seketika walaupun
makan buah itu. Kesimpulan teologis yang bisa ditarik pembaca: Tuhan
berbelaskasihan sehingga hukuman yang ditetapkanNya sendiri diubahNya
menjadi "nasib" ular, wanita dan lelaki dan pengusiran dari Firdaus pada
akhir Kej 3. Tetapi, sebelum itu, perhatikan Kej 3:21, Tuhan yang baru saja
menjatuhkan firman kutukan tadi itu tiba-tiba berubah menjadi penuh
perhatian kembali kepada manusia. Ia membuatkan manusia dan istrinya pakaian
dari kulit binatang dan "mengenakannya kepada mereka", artinya, ia mengukur
persis persis bahu, dada, lengan, pinggul ke bawah, sehingga pakaian kulit
binatang itu tidak kedodoran.

TANYA: Ada yang pernah mendengar penjelasan sbb.: ".....batu yang dilempar
itu bukan batu besar, tapi batu kecil-kecil. Batu tersebut tidak ditujukan
ke badan/tubuh si wanita, melainkan dilempar ke depannya. Orang yang yang
melempar batu menyatakan setuju wanita itu harus dihukum mati dan dibawa ke
penguasa Romawi agar hukuyman disahkan. Jadi batu itu sebagai alat
menghitung (seperti voting)." Bagaimana pendapat Romo tentang tafsiran ini?

JAWAB: Tafsir itu akibat kerancuan degan praktek "membuang undi" dalam
meramal atau mengundi barang yang dadunya bisa dibayangkan besarnya seperti
kerikil...! Memang lembaga peradilan Yahudi pada zaman Yesus tak berhak
menjatuhkan hukuman mati. Bila menurut hukum mereka memang harus dikenai
pidana mati,maka perlu dibawa dan disahkan oleh penguasa Romawi (lihat juga
Yoh 18:31). Tidak dikenal praktek pungut suara di Bait Allah, kalau toh mau
dijajaki pendapat para tetua maka akan dilakukan di mahkamah, tidak di Bait
Allah.

Salam,
Widy

Alasan Orang Yahudi Pintar


Tanpa bermaksud untuk mendramatisasi tentang orang Israel dan atau orang Yahudi, saya ingin berbagi informasi yang saya peroleh dari membaca terjemahan H. Maaruf Bin Hj Abdul Kadir (guru besar berkebangsaan Malaysia) dari Universitas Massachuset USA tentang penelitian yang dilakukan oleh DR.Stephen Carr Leon. Penelitian DR Leon ini adalah tentang pengembangan kualitas hidup orang Israel atau orang Yahudi.

Mengapa Orang Yahudi, rata-rata pintar ? Studi yang dilakukan mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut :

Ternyata, bila seorang Yahudi Hamil, maka sang ibu segera saja meningkatkan aktivitasnya membaca, menyanyi dan bermain piano serta mendengarkan musik klasik. Tidak itu saja, mereka juga segera memulai untuk mempelajari matematika lebih intensif dan juga membeli lebih banyak lagi buku tentang matematika, mempelajarinya, dan bila ada yang tidak diketahui dengan baik, mereka tidak segan-segan untuk datang ke orang lain yang tahu matematika untuk mempelajarinya. Semua itu dilakukannya untuk anaknya yang masih didalam kandungan.

Setelah anak lahir, bagi sang ibu yang menyususi bayi nya itu, mereka memilih lebih banyak makan kacang, korma dan susu. Siang hari, makan roti dengan ikan yang tanpa kepala serta salad. Daging ikan dianggap bagus untuk otak dan kepala ikan harus dihindari karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan otak si anak. Disamping itu sang ibu diharuskan banyak makan minyak ikan (code oil lever).

Menu diatur sedemikian rupa sehingga didominasi oleh ikan. Bila ada daging, mereka tidak akan makan daging bersama-sama dengan ikan, karena mereka percaya dengan makan ikan dengan daging hasilnya tidak bagus untuk pertumbuhan. Makan ikan seyogyanya hanya makan ikan saja, bila makan daging, hanya makan daging saja, tidak dicampur. Makan pun, mereka mendahulukan makan buah-buahan baru makan roti atau nasi. Makan nasi dulu baru kemudian makan buah, dipercaya akan hanya membuat ngantuk dan malas berkerja.

Yang istimewa lagi adalah : Di Isarel, merokok itu tabu! Mereka memiliki hasil penelitian dari ahli peneliti tentang Genetika dan DNA yang meyakinkan bahwa nekotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok akan tetapi juga akan mempengaruhi “gen” atau keturunannya. Pengaruh yang utama adalah dapat membuat orang dan keturunannya menjadi “bodoh” atau “dungu”. Walaupun, kalau kita perhatikan, maka penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah orang Yahudi! Tetapi yang merokok, bukan orang Yahudi.

Anak-anak, selalu diprioritaskan untuk makan buah dulu baru makan nasi atau roti dan juga tidak boleh lupa untuk minum pil minyak ikan. Mereka juga harus pandai bahasa, minimum 3 bahasa harus dikuasai nya yaitu Hebrew, Arab dan bahasa Inggris. Anak-anak juga diwajibkan dan dilatih piano dan biola. Dua instrument ini dipercaya dapat sangat efektif meningkatkan IQ mereka. Irama musik terutama musik klasik dapat menstimulasi sel otak. Sebagian besar dari musikus genius dunia adalah orang Yahudi.

Satu dari 6 anak Yahudi, diajarkan matematik dengan konsep yang berkait langsung dengan bisnis dan perdagangan. Ternyata salah satu syarat untuk lulus dari Perguruan Tinggi bagi yang Majoring nya Bisnis, adalah, dalam tahun terakhir, dalam satu kelompok mahasiswa (terdiri dari 10 orang), harus menjalankan perusahaan. Mereka hanya dapat lulus setelah perusahaannya mendapat untung 1 juta US Dollar. Itulah sebabnya, maka lebih dari 50 % perdagangan di dunia dikuasai oleh orang Yahudi. Design “Levis” terakhir diciptakan oleh satu Universitas di Israel, fakultas “business and fashion“.

Olah raga untuk anak-anak, diutamakan adalah Menembak, Memanah dan Lari. Menembak dan Memanah, akan membentuk otak cemerlang yang mudah untuk “fokus” dalam berpikir!

Di New York, ada pusat Yahudi yang mengembangkan berbagai kiat berbisnis kelas dunia. Disini terdapat banyak sekali kegiatan yang mendalami segi-segi bisnis sampai kepada aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam arti mempelajari aspek bisnis yang berkaitan juga dengan budaya bangsa pangsa pasar mereka. Pendalaman yang bergiat nyaris seperti laboratorium, “research and development” khusus perdagangan dan bisnis ini dibiayai oleh para konglomerat Yahudi. Tidak mengherankan bila kemudian kita melihat keberhasilan orang Yahudi seperti terlihat pada : Starbuck, Dell Computer, Cocacola, DKNY, Oracle. pusat film Hollywood, Levis dan Dunkin Donat.

Khusus tentang rokok, negara yang mengikuti jejak Israel adalah Singapura. Di Singapura para perokok diberlakukan sebagai warga negara kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 US Dollar, bandingkan dengan di Indonesia yang hanya berharga 70 sen US Dollar. Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti Israel, bahwa nekotin hanya akan menghasilkan generasai yang “Bodoh” dan “Dungu”.

Percaya atau tidak, tentunya terserah kita semua. Namun kenyataan yang ada terlihat bahwa memang banyak sekali orang yahudi yang pintar! Tinggal, pertanyaannya adalah, apakah kepintarannya itu banyak manfaatnya bagi peningkatan kualitas hidup umat manusia secara keseluruhan

Selamat Datang

Mari kita merenung dalam masa seperti saat ini

RUANG KATEKESE

RUANG KATEKESE
KLIK PADA GAMBAR